Catur di EWC

Mungkin bisa menjadi hal yang berlebihan kalau penulis mengatakan, Catur di EWC sedang memasuki evolusi baru bentuk kompetisinya. Jelaslah ungkapan ini memiliki dampak dan rujukan yang seharusnya besar. Memangnya bagaimana selama ini kompetisi catur? Kenapa dikatakan dalam bentuk evolusi baru? Apa yang terjadi? Kalaupun penulis ingin mencatut mode pertandingan digital catur yang masuk ke ranah kompetitif, tentu harus dibackup dengan penjelasan yang panjang dan lebar.

Tapi di sini penulis bukan hendak mengulas sedalam lautan samudra. Melainkan ingin menyoroti ketika catur, sebuah olahraga adu kepintaran yang santer dikenal sebagai olahraga individual yang bahkan sering diragukan status olahraganya, diperkenalkan ke Esport World Cup 2025 ini. Benar, di EWC catur bukan dimainkan dengan papan dan bidak fisik, melainkan pemain beradu strategi sambil memelototi layar belasan inci.

Di tahun keduanya, EWC semakin mantap untuk mengokohkan dirinya sebagai perhelatan akbar esport dunia. Berbagai nama esport beken bergabung, dan mereka memasukkan iven pertengahan musimnya melalui EWC ini. Bisa dikatakan, EWC lebih cocok disandingkan dengan olimpiade sebagai ajang multievent, alih-alih perhelatan kejuaraan berjenjang satu cabang saja. 

Catur merupakan cabang yang baru diperkenalkan, tapi mendapatkan atensi besar sebab sejak awal para digital-native sudah berekspektasi akan kehadiran para GM dunia. Memang benar, para GM yang selama ini erat dengan pakaian parlente dan rapi, kali ini mereka beradu strategi menggunakan jersey tim-tim esport kenamaan. Sebut saja yang baru-baru ini tenar karena menghantam meja, Magnus Carlsen , yang ternyata bergabung ke Team Liquid. Juga, yang ternyata di Norway Chess mengalahkan orang yang membuat Magnus menghantam meja, Fabiano Caruana, yang juga bergabung ke Team Liquid. Di sisi lain, aja Hikaru Nakamura yang bergabung ke Team Falcon. Dalam konteks ini, bahkan pemain catur dunia juga telah melebur ke tim-tim esport dsn bertanding di pertandingan elektronik yang terlihat jauh lebih menarik di mata digital-native. 

Masa Depan Kompetisi Catur Digital
Saat ini catur digital masih berlanjut di EWC dan mencapai fase knock-out. Magnussen sudah ditebak lolos. Namun nama seperti Hikaru dan Fabiano harus bertanding penentuan. Berbeda dari Norway Chess yang formatnya tidak begitu dipahami oleh semua orang, antara Classic dan Armageddon nya, format pertandingan di EWC yang berupa bagan upper bracket dan lower bracket, setidaknya itu adalah hal yang sudah jamak dipahami oleh para digital-native, meskipun belum untuk semua.

Dengan penetrasi dunia digital yang begitu masif, maka bentuk sosialisasi permainan catur digital di ranah kompetitif adalah hal yang patut diapresiasi. Apalagi dalam format dan mekanisme sisipan tim-tim esport yang sudah dipahami baik para digital-native. Meskipun selama ini mungkin sudah banyak kompetisi catur digital, tetapi memasukkannya ke ranah piala dunia esport adalah metode marketing paling jelimet untuk menjangkau lebih banyak penonton dan penikmat. 

Tentu hal ini bisa berdampak kepada meningkatnya penggunaan aplikasi catur digital, dan sepertinya benar demikian. Dulu saja ketika heboh Dewa Kipas, sekedar pertarungan pembuktian di suatu kanal podcast bisa menarik begitu banyak simpati insan nasional. Apalagi EWC yang merupakan ranah global.

Leave a Reply